Penguatan Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak
 
 
Karakter merupakan watak, tabiat atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri seorang Anak melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, serta pengaruh lingkungan yang melandasi sikap dan perilaku Anak dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi, karakter seorang Anak tentu tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk , di tumbuh kembangkan dan di bangun.
 
Di era globalisasi seperti saat ini, kepribadian luhur Anak-Anak Indonesia yang menjadi identitas bagi bangsanya mulai terkikis oleh kuatnya arus budaya barat. Tidak adanya lagi rasa hormat kepada orang tua, saling menyakiti antar sesama atau turut serta dalam tindakan kriminal. Mereka yang tidak memiliki benteng keimanan yang kokoh akan dengan mudahnya terbawa arus budaya barat dan melakukan tindakan-tindakan negative yang dapat merugikan dirinya dan orang lain.
 
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. 
 
Itulah mengapa lingkungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting sekaligus merupakan pondasi utama dalam pembentukan karakter Anak dan juga cerminan pribadi bagi si Anak. Sebab melalui keluargalah seorang Anak mampu mermpertahankan budaya luhur bangsanya dan mendapatkan pendidikan utama dengan cara meniru hal-hal yang mereka lihat dan yang mereka terima dari orang tuanya.
Keluarga yang baik tidak selalu menghasilkan Anak yang berkepribadian baik, begitupun sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan faktor lingkungan sekitar yang ikut berpartisipasi dalam pembentukan kepribadiannya.
 
Lantas, bagaimana caranya menjadi cerminan yang baik bagi kepribadian si Anak ?
 
Lalu bagaimana caranya membentuk karakter yang baik untuk si Anak?
 
Sekitar 1400 tahun yang lalu, melalui kisah hidup Luqman dan anaknya, Allah telah mengajarkan hamba-Nya melalui perantara Al-Qur’an bagaimana caranya mendidik seorang anak melalui pola yang tepat guna membentuk karakter yang baik bagi si Anak. Cara tersebut, diantaranya ialah :
 
1.   Penanaman Akidah Dalam Diri Anak
 
Di dalam surat Luqman ayat 13, yang berbunyi : “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “Hai anakk ku, jangnlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”
 
Dari ayat tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa penanaman nilai akidah merupakan syarat utama dalam mendidik seorang Anak. Bila seorang Anak telah dibekali akidah islamiah yang kuat, maka ia akan dapat membedakan antara yang haq dan yang batil. Penguatan nilai akidah dalam diri seorang Anak, akan menggerakan otaknya untuk memikirkan dampak atau akibat yang akan diterimanya jika dia melakukan perbuatan yang buruk, lalu hatinya pun akan turut serta melakukan penolakan.
Hal tersebut telah Allah jelaskan pula di dalam Surat Luqman ayat 16, yang berbunyi : “Luqman berkata : “Hai anak ku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada di dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
 
2.   Mengajarkan Anak Untuk Selalu Beribadah
 
Penanaman nilai akidah saja tidaklah cukup untuk membentengi si Anak dari pengaruh budaya barat yang liberalis, pengamalan nilai ibadah dalam kehidupan sehari-hari juga di perlukan untuk menguatkan benteng yang telah dibangunnya, seperti yang tertera dalam surat Luqman ayat 17, yang berbunyi : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang di wajibkan Allah.”
 
3.   Tepat Dalam Pemilihan Pola Asuh Untuk Anak
 
Ini adalah hal yang tidak kalah penting dari pembahasan sebelumnya, sebab karakter seorang Anak tergantung bagaimana sikap orang tua kepadanya. Sikap orang tua terhadap Anak juga dapat mempengaruhi perkembangan psikologisnya.
 
Dalam ilmu psikologi, terdapat 4 type pola asuh orang tua yang mempengaruhi karakter seorang Anak dan di antaranya adalah sebagai berikut :
  1. Type Demokratis = Pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini biasanya bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran yang bersifat realistis kepada kemampuan anak dan tidak berharap yang berlebihan kepada kemampuan anak. Biasanya orang tua yang menerapkan pola asuh ini, cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan memiliki pendekatan yang hangat kepada anak-anaknya.Dampak dari pola asuh demokratis ialah akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal yang baru dan koperatif terhadap orang lain.
  2. Type Otoriter = Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus di turuti, biasanya dibareng dengan ancaman-ancaman. Orang tua type ini juga cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila seorang Anak tidak melakukan apa yang di katakan orang tua, maka orang tua type ini tidak segan menghukum anak. Pola asuh otoriter biasanya tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Dampak dari pola asuh ini ialah, akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas, suka menarik diri, pemalu dan tidak percaya diri untuk mencoba hal baru.
  3. Type Permisif = Orang tua dengan type pola asuh ini biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak ketika dalam bahaya dan sedikit dalam memberikan bimbingan. Namun memiliki sikap yang hangat sehingga di sukai oleh Anak. Dampak dari pola asuh ini ialah akan menghasilkan karakteristik anak yang impulsive, agresive, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial.
  4. Type Penelantar = Orang tua type ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja. Dampak yang ditimbulkan ialah akan menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem yang rendah dan sering bermasalah dengan lingkungan sekitar. Kesimpulannya adalah bahwa keluarga memiliki peran vital dalam pembentukan karakter anak karena keluarga merupakan madrasah awal seorang Anak. Karakteristik seorang Anak tergantung bagaimana orang tua mendidik dan membimbingnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " "

Posting Komentar