RASULLAH JARANG SAKIT, KOK BISA?
KENAPA
RASULULLAH JARANG SAKIT???
Mengapa Rasulullah SAW jarang
sakit? Pertanyaan ini menarik sekali untuk dikemukakan.
Menurut
Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad, penyakit yang pernah dideritanya tak lebih
dari kehilangan nafsu makan yang pernah dialaminya dalam tahun keenam Hijrah,
tatkala ada tersiar kabar bohong bahwa ia telah disihir oleh orang-orang
Yahudi. Satu penyakit lagi yang pernah dideritanya sehingga karenanya ia
berbekam, yaitu setelah termakan daging beracun pada tahun ketujuh Hijrah.
Ini
merupakan fakta prestasi kebugaran fisik yang sangat menakjubkan. Betapa tidak,
Rasulullah SAW hidup dengan beban pekerjaan yang besar, memikul amanat yang
berat, yakni kelak membangun sebuah peradaban yang mahabesar. Ia mengisi
lembaran hari-harinya dengan penuh perjuangan, kerja keras, lahir berpredikat
yatim, beranjak enam tahun menjadi piatu.
Sejak
muda beliau memulai karier sebagai penggembala ternak, pedagang, hingga
mencapai enterprenuer sukses yang melakukan bisnis ke mancanegara (Syiria,
Yaman, dan lain sebagainya). Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek
pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Alquran dan sunah, maka kita
akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya
pencegahan.
Hal
ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat peduli terhadap kesehatan.
Dalam Shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadis yang membicarakan masalah
ini. Belum lagi yang tersebar luas dalam kitab Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud,
Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dan sebagainya.
Ada
beberapa kebiasaan positif yang membuat Rasulullah SAW selalu tampil fit dan
jarang sakit, sebagaimana dikutip dari Jejak Sejarah Kedokteran Islam,
karya Dr Ja’far Khadem Yamani, di antaranya:
1.
Shalat
5 waktu (QS: Al-Baqarah/2: 110)
Rasullah
SAW menjadikan shalat sebagai gaya hidupnya. Banyak ilmuan yang telah meneliti
betapa banyaknya manfaat kesehatan yang terkandung dalam gerakan shalat.
Misalnya saja pada gerakan sujud yang dilakukan ketika Shalat akan meningkatkan
debit aliran darah lebih besar ke arah kepala, dan ini secara otomatis
meningkatkan oksigen untuk beredar di dalam otak, sehingga memperlancar
metabolisme aerob dalam otak.
2.
Selektif
Terhadap Makanan (QS: Al-Baqarah/2: 168)
Tidak
ada makanan yang masuk ke mulut beliau, kecuali makanan tersebut memenuhi
syarat halal dan thayyib (baik). Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu
halal cara mendapatkannya dan halal barangnya. Sedangkan tayib berkaitan dengan
urusan duniawi, seperti baik tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang
dikonsumsi.
Salah
satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang
dicampur air untuk membersihan air liur dan pencernaan. Rasul bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu
madu dan Alquran” (HR Ibnu Majah dan Hakim).
Rasulullah
SAW, tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.
Aturannya, kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu sepertiga untuk
makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan sepertiga lagi
untuk udara (gas).
Disabdakan:
”Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat
yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat
memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi
perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan
sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Rasulullah
juga makan dengan tenang atau tumaninah, tidak tergesa-gesa, dengan tempo
sedang. Apa hikmahnya? Cara makan seperti ini akan menghindarkan tersedak,
tergigit, kerja organ pencernaan pun jadi lebih ringan. Makanan pun bisa
dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa berjalan
sempurna. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam
jangka waktu lama bisa menimbulkan kanker di usus besar.
3.
Tidak
Begadang / Tidur Larut Malam (QS: As-Sajadah/32: 15-17) (QS: Al-Muzzamil/37:
1-7)
Beliau
tidur di awal malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Biasanya, Rasulullah
SAW bangun dan bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan
Allah. Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan
diri untuk tidur sekadar yang dibutuhkan.
Rasulullah SAW membenci tidur
sebelum isya dan beliau tidak menyukai obrolan setelah isya (HR. Ahmad, no.
19781)
Penelitian
Daniel F Kripke, ahli psikiatri dari Universitas California menarik untuk
diungkapkan. Penelitian yang dilakukan di Jepang dan AS selama 6 tahun
dengan responden berusia 30-120 tahun mengatakan bahwa orang yang biasa tidur
delapan jam sehari memiliki risiko kematian yang lebih cepat. Sangat
berlawanan dengan mereka yang biasa tidur 6-7 jam sehari. Nah, Rasulullah SAW
biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun malam. Jadi beliau tidur tidak
lebih dari delapan jam.
Cara
tidurnya pun sarat makna. Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam buku Metode
Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur dengan memiringkan tubuh ke
arah kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya terasa berat.
Terkadang
beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri sebentar, untuk kemudian kembali ke
sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan tidur paling efisien. Pada saat itu
makanan bisa berada dalam posisi yang pas dengan lambung sehingga dapat
mengendap secara proporsional.
Lalu
beralih ke sebelah kiri sebentar agar agar proses pencernaan makanan lebih
cepat karena lambung mengarah ke lever, baru kemudian berbalik lagi ke sebelah
kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat tersuplai dari lambung. Hikmah
lainnya, tidur dengan miring ke kanan menyebabkan beliau lebih mudah bangun
untuk shalat malam.
4.
Melakukan
Puasa Wajib dan Sunnah (QS: Al-Baqarah/2: 183)
Istiqamah
melakukan puasa baik puasa Ramadhan maupun puasa sunnah. Ada beberapa puasa sunnah
yang beliau anjurkan, seperti Senin Kamis, Ayyamul Baidh (Puasa
pertengahan bulan di tanggal 13, 14, dan 15 dalam kalender Hijriyah), puasa
Daud, puasa enam hari pada Syawal, dan sebagainya. Puasa adalah perisai
terhadap berbagai macam penyakit jasmani maupun ruhani.
Pengaruhnya
dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai ampas makanan, manahan diri dari
makanan berbahaya sangat luar biasa. Puasa menjadi obat penenang bagi stamina
dan organ tubuh sehingga energinya tetap terjaga. Puasa sangat ampuh untuk detoksifikasi
(pembersihan racun) yang sifatnya total dan menyeluruh. Hal inipun juga sudah
di buktikan oleh peneliti-peneliti dari barat.
Sejatinya
Islam telah memberikan petunjuk atau tata cara dalam menjaga kebersihan, karena
dalam sebuah hadits dikatakan bahwa “Kebersihan merupakan sebagian dari iman”
bahkan sebelum shalatpun kita dianjurkan untuk berwudhu / membersihkan diri.
Jika kita mau mencoba menelusuri kembali, ada banyak penelitian tentang
kesehatan yang membahas tentang pola hidup Rasulullah.
Betapa
sempurnanya Islam dalam menjaga kebersihan, namun lagi-lagi, umatnya justru
lebih percaya dengan pola hidup orang-orang diluar Islam daripada mengikuti
pola hidup Rasulullah. Wallahu’alam Bishawab.
Sumber:
- Al-Qur’an dan Hadits
- https://www.kompasiana.com/drajat_123/5500a6aba333115b73511785/kenapa-rasulullah-tak-pernah-sakit?page=all
- https://republika.co.id/berita/q0tkji320/5-rahasia-mengapa-rasulullah-saw-sehat-dan-jarang-sakit
0 Response to "RASULLAH JARANG SAKIT, KOK BISA?"
Posting Komentar