Rajin Shalat Tetapi Kok Maksiat?
اُتْلُ مَآ
اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى
عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ
يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah
diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu
mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah
(salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS:Al-Ankabut(29):45)
Perintah shalat pertama kali turun saat peristiwa isra mi’raj. Sebuah
peristiwa dimana Allah mencoba menghibur Rasulullah yang tengah berduka atas
kehilangan istri dan pamannya. Lalu Allah mengajak Rasulullah melalui perantara
malaikat Jibril untuk melalukan perjalanan menuju akhirat dalam satu malam.
Melalui perjalanan itupula, Allah memberikan sebuah amanat baru, yaitu
kewajiban mendirikkan shalat bagi seluruh umat Islam yang sudah baligh.
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Allah berjanji di dalam
surat Al Ankabut ayat 45 bahwa ketika kita shalat, maka diri kita akan
terlindung dari perbuatan yang keji dan munkar. Akan tetapi banyak dari
kalangan umat Islam yang shalatnya sudah 5 waktu namun sayangnya masih tidak
dapat melindungi dirinya dari perbuatan-perbuatan maksiat. Hingga akhirnya banyak
orang yang menyalahkan mengapa orang yang rajin sholat tetapi juga masih rajin
maksiat atau bisa dikatakan tidak beretika. Rajin sholat tetapi masih korupsi,
masih suka menyebar hoax dan etika buruk lainnya. Lalu dimanakah letak kesalahannya?
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami
dalam kitab Az-Zawajir an Iqtiraf Al-Kabair menjelaskan, orang yang menampakkan
keshalihannya (baik itu mengerjakan sholat, puasa, dan zakat) namun masih mengerjakan
hal-hal yang dilarang Allah diganjar dosa. Maksiat yang dilakukan orang yang rajin sholat itu merupakan pertanda runtuhnya ketakwaan dan
rasa takutnya kepada Allah SWT.
Di dalam sebuah hadits di katakana Ibnu Mas’ud pernah ditanya
mengenai seseorang yang biasa memperlama shalatnya. Maka kata beliau,
إِنَّ الصَّلاَةَ لاَ تَنْفَعُ إِلاَّ
مَنْ أَطَاعَهَا
“Shalat tidaklah bermanfaat kecuali jika
shalat tersebut membuat seseorang menjadi taat.” (HR. Ahmad dalam Az Zuhd, hal.
159 dengan sanad shahih dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 13: 298 dengan
sanad hasan dari jalur Syaqiq dari Ibnu Mas’ud).
Al
Hasan berkata,
مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ
تَنْهَهُ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا
“Barangsiapa
yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.” (Dikeluarkan
oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari
Qotadah dari Al Hasan)
Abul ‘Aliyah pernah berkata,
إِنَّ الصَّلاَةَ فِيْهَا ثَلاَثُ خِصَالٍ
فَكُلُّ صَلاَةٍ لاَ يَكُوْنُ فِيْهَا شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الخَلاَل فَلَيْسَتْ
بِصَلاَةٍ: الإِخْلاَصُ، وَالْخَشْيَةُ، وَذِكْرُ اللهِ. فَالإِخْلاَصُ يَأْمُرُهُ
بِاْلمعْرُوْفِ، وَالخَشْيَةُ تَنْهَاهُ عَنِ المنْكَرِ، وَذِكْرُ القُرْآنِ
يَأْمُرُهُ وَيَنْهَاهُ.
“Dalam shalat ada tiga hal di mana jika tiga hal ini
tidak ada maka tidak disebut shalat. Tiga hal tersebut adalah ikhlas, rasa
takut dan dzikir pada Allah. Ikhlas itulah yang memerintahkan pada yang ma’ruf
(kebaikan). Rasa takut itulah yang mencegah dari kemungkaran. Sedangkan dzikir
melalui Al Qur’an yang memerintah dan melarang sesuatu.” (Lihat Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 6: 65).
Lalu hal-hal apa saja yang menyebabkan shalat kita
tidak mampu melindungi kita dari perbuatan keji dan munkar?
1.
Niatnya Tidak Lurus
Allah
telah mengatur perkara niat di dalam sebuah hadits yang riwayat Bukhari dan
Muslim : Sesungguhnya amal itu hanyalah beserta niat, dan
setiap manusia mendapatkan sesuai dengan apa-apa yang diniatkannya. Jika niat
mengerjakan shalat hanya untuk menggugurkan kewajiban, maka kita tidak akan
pernah mendapatkan nikmatnya melaksanakan shalat.
2.
Shalatnya Masih Lalai
Ada dua kategori dalam makna lalai. Pertama orang
yang mengulur waktu shalat dan kedua adalah orang yang tidak mengerti makna
bacaan shalat, dan mereka itulah seperti orang mabuk.
3.
Alkuflu
(Ketidakhadiran Hati)
Ketika kita shalat hanya sekadar shalat, belum sadar bahwa ia sedang menghadap Allah, Penguasa,
Pemilik, Pengatur alam semesta. “Ia belum sadar bahwa ia ditatap Allah sehingga
tidak ada getaran, kesenangan, kelezatan, kebahagiaan dan kedahsyatan shalat.
4.
Cinta
Dunia
Kecintaan
kita terhadap dunia membuat kita seringkali disibukkan dengan urusan-urusan
keduniawian sehingga membuat kita lalai. Bahkan saat shalat pun kita masih saja
memikirkan urusan-urusan dunia. Itulah sebabnya shalat kita seringkali tidak
khusu.
Itulah hal-hal yang menyebabkan kita tidak
mampu melindungi diri kita dari perbuatan maksiat baik yang bersifat keji
maupun munkar.
Wallahu’alam bish shawab
Sumber:
1.
Al-Qur’an
dan Hadits
2.
https://rumaysho.com/7691-rajin-shalat-namun-masih-bermaksiat.html
3.
https://www.republika.co.id/berita/qdmxxo366/rajin-sholat-rajin-maksiat-bagaimana-pandangan-agama
4.
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/07/11/oa4ohd374-shalat-kok-maksiat
0 Response to "Rajin Shalat Tetapi Kok Maksiat?"
Posting Komentar